Senin, 24 November 2014

Bapakku, Bapakmu, Bapak Kita Semua (Profil Komikus: R.A Kosasih)


        Hayoo..hayoo, para Kimong sekalian, siapa nih yang gak kenal sama bapak kita satu ini. Jangan sampai durhaka karena enggak kenal sama bapaknya sendiri lho. Yap… bapak satu ini adalah bapak komik Indonesia bernama Raden Ahmad Kosasih atau lebih familiar di telinga kita dengan nama R.A Kosasih. Bapak Kosasih ini lahir di kota Hujan Bogor Jawa Barat, pada tanggal 4 April 1919 dan beliau baru saja tutup usia sekitar 2 tahun lalu, tepatnya di Tanggerang pada tanggal 24 Juli 2012, pada usia yang bisa dikategorikan usia yang cukup panjang, yaitu diusia 93 tahun.
rakosasih.jpg
0.1  R.A. Kosasih

        Bapak Kosasih ini penulis sekaligus komikus yang paling terkenal, dan merupakan komikus pertama yang meluncurkan karyanya dalam bentuk buku sehingga beliau (oleh komikus-komikus masa sekarang) dijuluki sebagai Bapak Komikus Indonesia. Enak banget ya terkenal? tentu saja menyenangkan menjadi komikus yang dikenal oleh banyak orang, tapi tentu saja mendapatkan “kepopuleran” itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, beliau juga mengalami perjuangan yang berat sebelum menjadi komikus yang dikenal seperti sekarang ini, bahkan ketika beliau sudah berbeda dunia dengan kita, nama dan karya-karya beliau tetap banyak peminatnya. Siapa coba yang enggak mau seperti itu? Ya…hasil yang baik, selalu sejajar dengan proses yang baik, lalu bagaimana sih proses Bapak Kosasih untuk mencapai itu? Mari kita simak.
        Bapak Kosasih ini mulai menggambar pada tahun 1953 pada saat usia beliau menginjak 34 tahun. Namun walaupun beliau memulai karirinya pada saat beliau sudah berkpela tiga, ketertarikan beliau pada dunia komik sudah terlihat sejak kevil. Ketertarikannya dengan dunia komik berawal sejak kecil. Bapak Kosasih mengenang masa-masa saat masih sekolah di Inlands School, Bogor. Kala itu Beliau masih duduk di kelas I sekolah dasar. "Ketika masih kelas I SD, saya selalu menunggu ibu kembali dari pasar. Soalnya, bungkusan sayur-mayur belanjaan ibu biasanya potongan koran yang ada komiknya. Saya ambil bungkusan sayur itu, saya baca komik Tarzan, meski cuma sepotong-sepotong," begitu kata beliau saat diwawancarai wartawan Tempo, Leila Chudori, beberapa tahun lalu.
132234_620.jpg
0.2 R.A Kosasih
         Bapak yang ternyata merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara ini merupakan pengagum berat tokoh Gatotkaca, karena tokoh superhero ini bisa terbang. Karena itu, selain memburu komik potongan, bapak Kosasih kecil rajin menonton bioskop dan wayang golek. Setelah lulus dari Inlands School, bapak Kosasih melanjutkan pelajaran ke Hollandsch Inlands School (HIS) Pasundan. Di sanalah beliau mulai tertarik pada seni menggambar secara formal. Saking semangatnya menggambar, semua bukunya nyaris beralih fungsi menjadi buku gambar. (Hayoo…siapa yang punya kesamaan sama RA Kosasih?).
         Karya bapak Kosasih  terutama berupa sketsa-sketsa hitam putih tanpa memakai warna dan muncul dalam berbagai genre. Genre yang diusung beliau diantaranya seperti komik wayang, foklor, fiksi ilmiah, dan petualangan. Bapak Kosasih ini berada di posisi yang sama baiknya dengan para komikus yang lahir pada zamannya yang bekerja sebagai komikus strip di koran-koran. Beliau memulai karirnya pada penerbit Melodi di Bandung Melodi di Bandung. Namun karya-karya beliau yang terkenal diterbitkan oleh Maranatha
        Karya-karya bapak Kosasih ini juga mengalami masa kejayaan, seperti kerajan. Masa kejayaan itu pada tahun 1960-1970. Bayangkan saja, komik bapak Kosasih ini mampu terjual puluhan ribu eksemplar per judul (Mari kita membayangkan sambil berkata WOW). Bahkan banyak di antaranya yang dicetak ulang. Buku serialnya yang pertama adalah Sri Asih, pada tahun 1950. Sri Asih ini merupakan tokoh superhero wanita yang ia adopsi dari kisah Wonder Woman. Bapak Kosasih membuat serial Sri Asih sesuai dengan cerita-cerita lokal yang sedang populer saat itu. Contohnya nih edisi Sri Asih Vs Gerombolan, yang diilhami berita teror DI/TII (pada tau enggak nih peritiwa DI/TI?) yang saat itu ramai diberitakan. Komik Sri Asih ini bisa dikatakan sebagai komik superhero pertama di Indonesia
            0.3 Sri Asih VS Gerombolan

        Sukses dengan komik Sri Asih, bapak Kosasih melanjutkannya dengan serial baru dengan tokoh bernama Siti Gahara. Perbedaan karakter antara Sri Asih dan Siti Gahara sebenarnya tidak terlalu banyak. Keduanya cantik, sakti, dan penolong kaum lemah. Bedanya, Sri Asih mengenakan kostum wayang Sunda, sedangkan Siti Gahara mengenakan celana Aladin dari kisah 1.001 Malam. Tidak lama setelah itu, beliau kembali mengenalkan tokoh superhero wanita yang lain lewat serial Sri Dewi.
                        0.4. Siti Gahara

        Omset yang diperoleh bapak Kosasih dan sejumlah komikus lain sempat turun drastis saat Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) menuding karya beliau mencerminkan kebudayaan Barat. Sadar akan serangan itu. Bapak RA Kosasih ini ganti strategi dong Kimong-Kimong sekalian, bukan malah update status kalau dirinya telah difitnah (Eh..memang sudah ada Fb?). Nah strategi bapak Kosasih ini, dengan cara mencoba menandinginya dengan membuat komik-komik berdasarkan cerita klasik lokal, seperti Mundinglaya Dikusuma dan Ganesha Bangun. Ia pun mencoba menarik simpati pasar dengan melahirkan komik bergenre cerita pewayangan.
        Namun ide beliau itu bukanlah tanpa hambatan seperti jalan tol. Pihak penerbit khawatir produk itu gagal diserap pasar lantaran wayang masih dianggap produk budaya yang sakral. Tapi penolakan itu tidak membuat bapak Kosasih putus asa. Ia mencoba mengomikkan Burisrawa Gandrung, sebuah kisah wayang yang dianggapnya tak berbelit-belit. Di luar dugaan, komik setebal 48 halaman itu laku keras. Maka mulailah Kosasih mengembangkan ide komik dari kisah klasik Mahabharata dan Ramayana, walaupun beliau sempat membuat komik silat yang memiliki pengaruh Tionghoa. . Bapak Kosasih mulai berhenti menggambar karena mengalami tremor, gangguan pada syaraf sehingga tubuhnya tak bisa lagi menggambar komik pada tahun 1993. Sampai pada akhirnya bapak Kosasih wafat pada hari Selasa (24/7/2012) pukul 01.00 WIB.
Daftar Pustaka

Ferdianto, Riky. 2014. Tempo. “R.A Kosasih Legenda Bapak Komik Indonesia” http://www.tempo.co/read/news/2012/07/29/109419925/RA-Kosasih-Legenda-Bapak-Komik-Indonesia Diakses tanggal: 04 Mei 2014


Ismail, Rachmadin. 2012. Detik news.” 4 Karya Fenomenal Bapak Komik Indonesia RA Kosasih” http://news.detik.com/read/2012/07/24/123734/1973294/10/. Diakses tanggal: 04 Mei 2014












 Bapakku, Bapakmu, Bapak Kita Semua
(Profil Komikus: R.A Kosasih)
Penulis : Saroya Kiya (Saroya.Ngomik.Com)
        Hayoo..hayoo, para Kimong sekalian, siapa nih yang gak kenal sama bapak kita satu ini. Jangan sampai durhaka karena enggak kenal sama bapaknya sendiri lho. Yap… bapak satu ini adalah bapak komik Indonesia bernama Raden Ahmad Kosasih atau lebih familiar di telinga kita dengan nama R.A Kosasih. Bapak Kosasih ini lahir di kota Hujan Bogor Jawa Barat, pada tanggal 4 April 1919 dan beliau baru saja tutup usia sekitar 2 tahun lalu, tepatnya di Tanggerang pada tanggal 24 Juli 2012, pada usia yang bisa dikategorikan usia yang cukup panjang, yaitu diusia 93 tahun.
rakosasih.jpg
0.1  R.A. Kosasih

        Bapak Kosasih ini penulis sekaligus komikus yang paling terkenal, dan merupakan komikus pertama yang meluncurkan karyanya dalam bentuk buku sehingga beliau (oleh komikus-komikus masa sekarang) dijuluki sebagai Bapak Komikus Indonesia. Enak banget ya terkenal? tentu saja menyenangkan menjadi komikus yang dikenal oleh banyak orang, tapi tentu saja mendapatkan “kepopuleran” itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, beliau juga mengalami perjuangan yang berat sebelum menjadi komikus yang dikenal seperti sekarang ini, bahkan ketika beliau sudah berbeda dunia dengan kita, nama dan karya-karya beliau tetap banyak peminatnya. Siapa coba yang enggak mau seperti itu? Ya…hasil yang baik, selalu sejajar dengan proses yang baik, lalu bagaimana sih proses Bapak Kosasih untuk mencapai itu? Mari kita simak.
        Bapak Kosasih ini mulai menggambar pada tahun 1953 pada saat usia beliau menginjak 34 tahun. Namun walaupun beliau memulai karirinya pada saat beliau sudah berkpela tiga, ketertarikan beliau pada dunia komik sudah terlihat sejak kevil. Ketertarikannya dengan dunia komik berawal sejak kecil. Bapak Kosasih mengenang masa-masa saat masih sekolah di Inlands School, Bogor. Kala itu Beliau masih duduk di kelas I sekolah dasar. "Ketika masih kelas I SD, saya selalu menunggu ibu kembali dari pasar. Soalnya, bungkusan sayur-mayur belanjaan ibu biasanya potongan koran yang ada komiknya. Saya ambil bungkusan sayur itu, saya baca komik Tarzan, meski cuma sepotong-sepotong," begitu kata beliau saat diwawancarai wartawan Tempo, Leila Chudori, beberapa tahun lalu.
132234_620.jpg
0.2 R.A Kosasih
         Bapak yang ternyata merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara ini merupakan pengagum berat tokoh Gatotkaca, karena tokoh superhero ini bisa terbang. Karena itu, selain memburu komik potongan, bapak Kosasih kecil rajin menonton bioskop dan wayang golek. Setelah lulus dari Inlands School, bapak Kosasih melanjutkan pelajaran ke Hollandsch Inlands School (HIS) Pasundan. Di sanalah beliau mulai tertarik pada seni menggambar secara formal. Saking semangatnya menggambar, semua bukunya nyaris beralih fungsi menjadi buku gambar. (Hayoo…siapa yang punya kesamaan sama RA Kosasih?).
         Karya bapak Kosasih  terutama berupa sketsa-sketsa hitam putih tanpa memakai warna dan muncul dalam berbagai genre. Genre yang diusung beliau diantaranya seperti komik wayang, foklor, fiksi ilmiah, dan petualangan. Bapak Kosasih ini berada di posisi yang sama baiknya dengan para komikus yang lahir pada zamannya yang bekerja sebagai komikus strip di koran-koran. Beliau memulai karirnya pada penerbit Melodi di Bandung Melodi di Bandung. Namun karya-karya beliau yang terkenal diterbitkan oleh Maranatha
        Karya-karya bapak Kosasih ini juga mengalami masa kejayaan, seperti kerajan. Masa kejayaan itu pada tahun 1960-1970. Bayangkan saja, komik bapak Kosasih ini mampu terjual puluhan ribu eksemplar per judul (Mari kita membayangkan sambil berkata WOW). Bahkan banyak di antaranya yang dicetak ulang. Buku serialnya yang pertama adalah Sri Asih, pada tahun 1950. Sri Asih ini merupakan tokoh superhero wanita yang ia adopsi dari kisah Wonder Woman. Bapak Kosasih membuat serial Sri Asih sesuai dengan cerita-cerita lokal yang sedang populer saat itu. Contohnya nih edisi Sri Asih Vs Gerombolan, yang diilhami berita teror DI/TII (pada tau enggak nih peritiwa DI/TI?) yang saat itu ramai diberitakan. Komik Sri Asih ini bisa dikatakan sebagai komik superhero pertama di Indonesia
            0.3 Sri Asih VS Gerombolan

        Sukses dengan komik Sri Asih, bapak Kosasih melanjutkannya dengan serial baru dengan tokoh bernama Siti Gahara. Perbedaan karakter antara Sri Asih dan Siti Gahara sebenarnya tidak terlalu banyak. Keduanya cantik, sakti, dan penolong kaum lemah. Bedanya, Sri Asih mengenakan kostum wayang Sunda, sedangkan Siti Gahara mengenakan celana Aladin dari kisah 1.001 Malam. Tidak lama setelah itu, beliau kembali mengenalkan tokoh superhero wanita yang lain lewat serial Sri Dewi.
                        0.4. Siti Gahara

        Omset yang diperoleh bapak Kosasih dan sejumlah komikus lain sempat turun drastis saat Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) menuding karya beliau mencerminkan kebudayaan Barat. Sadar akan serangan itu. Bapak RA Kosasih ini ganti strategi dong Kimong-Kimong sekalian, bukan malah update status kalau dirinya telah difitnah (Eh..memang sudah ada Fb?). Nah strategi bapak Kosasih ini, dengan cara mencoba menandinginya dengan membuat komik-komik berdasarkan cerita klasik lokal, seperti Mundinglaya Dikusuma dan Ganesha Bangun. Ia pun mencoba menarik simpati pasar dengan melahirkan komik bergenre cerita pewayangan.
        Namun ide beliau itu bukanlah tanpa hambatan seperti jalan tol. Pihak penerbit khawatir produk itu gagal diserap pasar lantaran wayang masih dianggap produk budaya yang sakral. Tapi penolakan itu tidak membuat bapak Kosasih putus asa. Ia mencoba mengomikkan Burisrawa Gandrung, sebuah kisah wayang yang dianggapnya tak berbelit-belit. Di luar dugaan, komik setebal 48 halaman itu laku keras. Maka mulailah Kosasih mengembangkan ide komik dari kisah klasik Mahabharata dan Ramayana, walaupun beliau sempat membuat komik silat yang memiliki pengaruh Tionghoa. . Bapak Kosasih mulai berhenti menggambar karena mengalami tremor, gangguan pada syaraf sehingga tubuhnya tak bisa lagi menggambar komik pada tahun 1993. Sampai pada akhirnya bapak Kosasih wafat pada hari Selasa (24/7/2012) pukul 01.00 WIB.
Daftar Pustaka

Ferdianto, Riky. 2014. Tempo. “R.A Kosasih Legenda Bapak Komik Indonesia” http://www.tempo.co/read/news/2012/07/29/109419925/RA-Kosasih-Legenda-Bapak-Komik-Indonesia Diakses tanggal: 04 Mei 2014


Ismail, Rachmadin. 2012. Detik news.” 4 Karya Fenomenal Bapak Komik Indonesia RA Kosasih” http://news.detik.com/read/2012/07/24/123734/1973294/10/. Diakses tanggal: 04 Mei 2014












0 komentar:

Posting Komentar