Hayoo..hayoo, para Kimong sekalian,
siapa nih yang gak kenal sama bapak kita satu ini. Jangan sampai durhaka karena
enggak kenal sama bapaknya sendiri lho. Yap… bapak satu ini adalah bapak komik
Indonesia bernama Raden Ahmad Kosasih atau lebih familiar di telinga kita
dengan nama R.A Kosasih. Bapak Kosasih ini lahir di kota Hujan Bogor Jawa
Barat, pada tanggal 4 April 1919 dan beliau baru saja tutup usia sekitar 2
tahun lalu, tepatnya di Tanggerang pada tanggal 24 Juli 2012, pada usia yang
bisa dikategorikan usia yang cukup panjang, yaitu diusia 93 tahun.
0.1 R.A. Kosasih
Bapak Kosasih ini penulis sekaligus
komikus yang paling terkenal, dan merupakan komikus pertama yang meluncurkan
karyanya dalam bentuk buku sehingga beliau (oleh komikus-komikus masa sekarang)
dijuluki sebagai Bapak Komikus Indonesia. Enak banget ya terkenal? tentu saja
menyenangkan menjadi komikus yang dikenal oleh banyak orang, tapi tentu saja
mendapatkan “kepopuleran” itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, beliau
juga mengalami perjuangan yang berat sebelum menjadi komikus yang dikenal
seperti sekarang ini, bahkan ketika beliau sudah berbeda dunia dengan kita,
nama dan karya-karya beliau tetap banyak peminatnya. Siapa coba yang enggak mau
seperti itu? Ya…hasil yang baik, selalu sejajar dengan proses yang baik, lalu
bagaimana sih proses Bapak Kosasih untuk mencapai itu? Mari kita simak.
Bapak Kosasih ini mulai menggambar pada
tahun 1953 pada saat usia beliau menginjak 34 tahun. Namun walaupun beliau
memulai karirinya pada saat beliau sudah berkpela tiga, ketertarikan beliau
pada dunia komik sudah terlihat sejak kevil. Ketertarikannya dengan dunia komik berawal sejak kecil. Bapak
Kosasih mengenang masa-masa saat masih sekolah di Inlands School, Bogor. Kala itu Beliau masih duduk di kelas I
sekolah dasar. "Ketika masih kelas I SD, saya selalu menunggu ibu kembali
dari pasar. Soalnya, bungkusan sayur-mayur belanjaan ibu biasanya potongan
koran yang ada komiknya. Saya ambil bungkusan sayur itu, saya baca komik Tarzan, meski cuma sepotong-sepotong," begitu
kata beliau saat diwawancarai wartawan Tempo, Leila Chudori, beberapa tahun lalu.
0.2 R.A
Kosasih
Bapak yang ternyata merupakan anak bungsu dari
tujuh bersaudara ini merupakan pengagum berat tokoh Gatotkaca, karena tokoh superhero ini bisa terbang. Karena itu, selain memburu komik potongan,
bapak Kosasih kecil rajin menonton bioskop dan wayang golek. Setelah lulus dari
Inlands School, bapak Kosasih
melanjutkan pelajaran ke Hollandsch
Inlands School (HIS) Pasundan. Di sanalah beliau mulai tertarik pada seni
menggambar secara formal. Saking semangatnya menggambar, semua bukunya nyaris
beralih fungsi menjadi buku gambar. (Hayoo…siapa yang punya kesamaan sama RA
Kosasih?).
Karya bapak Kosasih terutama berupa sketsa-sketsa hitam putih
tanpa memakai warna dan muncul dalam berbagai genre. Genre yang diusung beliau
diantaranya seperti komik wayang, foklor, fiksi ilmiah, dan petualangan. Bapak
Kosasih ini berada di posisi yang sama baiknya dengan para komikus yang lahir
pada zamannya yang bekerja sebagai komikus strip di koran-koran. Beliau memulai
karirnya pada penerbit Melodi di Bandung Melodi di Bandung. Namun karya-karya beliau yang terkenal diterbitkan
oleh Maranatha
Karya-karya bapak Kosasih ini juga
mengalami masa kejayaan, seperti kerajan. Masa kejayaan itu pada tahun
1960-1970. Bayangkan saja, komik
bapak Kosasih ini mampu terjual puluhan ribu eksemplar per judul (Mari kita
membayangkan sambil berkata WOW). Bahkan banyak di antaranya yang dicetak
ulang. Buku serialnya yang pertama adalah Sri Asih, pada tahun 1950. Sri Asih ini merupakan tokoh superhero wanita yang ia adopsi dari kisah Wonder Woman. Bapak Kosasih membuat serial Sri Asih sesuai dengan cerita-cerita lokal yang sedang populer saat
itu. Contohnya nih edisi Sri
Asih Vs Gerombolan, yang
diilhami berita teror DI/TII (pada tau enggak nih peritiwa DI/TI?) yang saat
itu ramai diberitakan. Komik Sri Asih ini bisa dikatakan sebagai komik
superhero pertama di Indonesia
0.3 Sri Asih
VS Gerombolan
Sukses dengan komik Sri
Asih, bapak Kosasih
melanjutkannya dengan serial baru dengan tokoh bernama Siti Gahara. Perbedaan
karakter antara Sri Asih dan Siti Gahara sebenarnya tidak terlalu banyak.
Keduanya cantik, sakti, dan penolong kaum lemah. Bedanya, Sri Asih mengenakan
kostum wayang Sunda, sedangkan Siti Gahara mengenakan celana Aladin dari kisah
1.001 Malam. Tidak lama setelah itu, beliau kembali mengenalkan tokoh superhero wanita yang lain lewat serial Sri Dewi.
0.4. Siti Gahara
Omset
yang diperoleh bapak Kosasih dan sejumlah komikus lain sempat turun drastis
saat Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) menuding karya beliau mencerminkan
kebudayaan Barat. Sadar akan serangan itu. Bapak RA Kosasih ini ganti strategi
dong Kimong-Kimong sekalian, bukan malah update status kalau dirinya telah
difitnah (Eh..memang sudah ada Fb?). Nah strategi bapak Kosasih ini, dengan
cara mencoba menandinginya dengan membuat komik-komik berdasarkan cerita klasik
lokal, seperti Mundinglaya
Dikusuma dan Ganesha
Bangun. Ia pun mencoba
menarik simpati pasar dengan melahirkan komik bergenre cerita pewayangan.
Namun
ide beliau itu bukanlah tanpa hambatan seperti jalan tol. Pihak penerbit
khawatir produk itu gagal diserap pasar lantaran wayang masih dianggap produk
budaya yang sakral. Tapi penolakan itu tidak membuat bapak Kosasih putus asa.
Ia mencoba mengomikkan Burisrawa
Gandrung, sebuah kisah wayang
yang dianggapnya tak berbelit-belit. Di luar dugaan, komik setebal 48 halaman
itu laku keras. Maka mulailah Kosasih mengembangkan ide komik dari kisah klasik
Mahabharata dan Ramayana, walaupun beliau sempat membuat komik silat
yang memiliki pengaruh Tionghoa. . Bapak Kosasih mulai berhenti menggambar karena mengalami tremor,
gangguan pada syaraf sehingga tubuhnya tak bisa lagi menggambar komik pada
tahun 1993. Sampai pada akhirnya bapak Kosasih wafat pada hari Selasa
(24/7/2012) pukul 01.00 WIB.
Daftar Pustaka
Ismail, Rachmadin. 2012. Detik
news.” 4
Karya Fenomenal Bapak Komik Indonesia RA Kosasih” http://news.detik.com/read/2012/07/24/123734/1973294/10/. Diakses
tanggal: 04 Mei 2014
Bapakku,
Bapakmu, Bapak Kita Semua
(Profil
Komikus: R.A Kosasih)
Penulis : Saroya Kiya
(Saroya.Ngomik.Com)
Hayoo..hayoo, para Kimong sekalian,
siapa nih yang gak kenal sama bapak kita satu ini. Jangan sampai durhaka karena
enggak kenal sama bapaknya sendiri lho. Yap… bapak satu ini adalah bapak komik
Indonesia bernama Raden Ahmad Kosasih atau lebih familiar di telinga kita
dengan nama R.A Kosasih. Bapak Kosasih ini lahir di kota Hujan Bogor Jawa
Barat, pada tanggal 4 April 1919 dan beliau baru saja tutup usia sekitar 2
tahun lalu, tepatnya di Tanggerang pada tanggal 24 Juli 2012, pada usia yang
bisa dikategorikan usia yang cukup panjang, yaitu diusia 93 tahun.
0.1 R.A. Kosasih
Bapak Kosasih ini penulis sekaligus
komikus yang paling terkenal, dan merupakan komikus pertama yang meluncurkan
karyanya dalam bentuk buku sehingga beliau (oleh komikus-komikus masa sekarang)
dijuluki sebagai Bapak Komikus Indonesia. Enak banget ya terkenal? tentu saja
menyenangkan menjadi komikus yang dikenal oleh banyak orang, tapi tentu saja
mendapatkan “kepopuleran” itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, beliau
juga mengalami perjuangan yang berat sebelum menjadi komikus yang dikenal
seperti sekarang ini, bahkan ketika beliau sudah berbeda dunia dengan kita,
nama dan karya-karya beliau tetap banyak peminatnya. Siapa coba yang enggak mau
seperti itu? Ya…hasil yang baik, selalu sejajar dengan proses yang baik, lalu
bagaimana sih proses Bapak Kosasih untuk mencapai itu? Mari kita simak.
Bapak Kosasih ini mulai menggambar pada
tahun 1953 pada saat usia beliau menginjak 34 tahun. Namun walaupun beliau
memulai karirinya pada saat beliau sudah berkpela tiga, ketertarikan beliau
pada dunia komik sudah terlihat sejak kevil. Ketertarikannya dengan dunia komik berawal sejak kecil. Bapak
Kosasih mengenang masa-masa saat masih sekolah di Inlands School, Bogor. Kala itu Beliau masih duduk di kelas I
sekolah dasar. "Ketika masih kelas I SD, saya selalu menunggu ibu kembali
dari pasar. Soalnya, bungkusan sayur-mayur belanjaan ibu biasanya potongan
koran yang ada komiknya. Saya ambil bungkusan sayur itu, saya baca komik Tarzan, meski cuma sepotong-sepotong," begitu
kata beliau saat diwawancarai wartawan Tempo, Leila Chudori, beberapa tahun lalu.
0.2 R.A
Kosasih
Bapak yang ternyata merupakan anak bungsu dari
tujuh bersaudara ini merupakan pengagum berat tokoh Gatotkaca, karena tokoh superhero ini bisa terbang. Karena itu, selain memburu komik potongan,
bapak Kosasih kecil rajin menonton bioskop dan wayang golek. Setelah lulus dari
Inlands School, bapak Kosasih
melanjutkan pelajaran ke Hollandsch
Inlands School (HIS) Pasundan. Di sanalah beliau mulai tertarik pada seni
menggambar secara formal. Saking semangatnya menggambar, semua bukunya nyaris
beralih fungsi menjadi buku gambar. (Hayoo…siapa yang punya kesamaan sama RA
Kosasih?).
Karya bapak Kosasih terutama berupa sketsa-sketsa hitam putih
tanpa memakai warna dan muncul dalam berbagai genre. Genre yang diusung beliau
diantaranya seperti komik wayang, foklor, fiksi ilmiah, dan petualangan. Bapak
Kosasih ini berada di posisi yang sama baiknya dengan para komikus yang lahir
pada zamannya yang bekerja sebagai komikus strip di koran-koran. Beliau memulai
karirnya pada penerbit Melodi di Bandung Melodi di Bandung. Namun karya-karya beliau yang terkenal diterbitkan
oleh Maranatha
Karya-karya bapak Kosasih ini juga
mengalami masa kejayaan, seperti kerajan. Masa kejayaan itu pada tahun
1960-1970. Bayangkan saja, komik
bapak Kosasih ini mampu terjual puluhan ribu eksemplar per judul (Mari kita
membayangkan sambil berkata WOW). Bahkan banyak di antaranya yang dicetak
ulang. Buku serialnya yang pertama adalah Sri Asih, pada tahun 1950. Sri Asih ini merupakan tokoh superhero wanita yang ia adopsi dari kisah Wonder Woman. Bapak Kosasih membuat serial Sri Asih sesuai dengan cerita-cerita lokal yang sedang populer saat
itu. Contohnya nih edisi Sri
Asih Vs Gerombolan, yang
diilhami berita teror DI/TII (pada tau enggak nih peritiwa DI/TI?) yang saat
itu ramai diberitakan. Komik Sri Asih ini bisa dikatakan sebagai komik
superhero pertama di Indonesia
0.3 Sri Asih
VS Gerombolan
Sukses dengan komik Sri
Asih, bapak Kosasih
melanjutkannya dengan serial baru dengan tokoh bernama Siti Gahara. Perbedaan
karakter antara Sri Asih dan Siti Gahara sebenarnya tidak terlalu banyak.
Keduanya cantik, sakti, dan penolong kaum lemah. Bedanya, Sri Asih mengenakan
kostum wayang Sunda, sedangkan Siti Gahara mengenakan celana Aladin dari kisah
1.001 Malam. Tidak lama setelah itu, beliau kembali mengenalkan tokoh superhero wanita yang lain lewat serial Sri Dewi.
0.4. Siti Gahara
Omset
yang diperoleh bapak Kosasih dan sejumlah komikus lain sempat turun drastis
saat Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) menuding karya beliau mencerminkan
kebudayaan Barat. Sadar akan serangan itu. Bapak RA Kosasih ini ganti strategi
dong Kimong-Kimong sekalian, bukan malah update status kalau dirinya telah
difitnah (Eh..memang sudah ada Fb?). Nah strategi bapak Kosasih ini, dengan
cara mencoba menandinginya dengan membuat komik-komik berdasarkan cerita klasik
lokal, seperti Mundinglaya
Dikusuma dan Ganesha
Bangun. Ia pun mencoba
menarik simpati pasar dengan melahirkan komik bergenre cerita pewayangan.
Namun
ide beliau itu bukanlah tanpa hambatan seperti jalan tol. Pihak penerbit
khawatir produk itu gagal diserap pasar lantaran wayang masih dianggap produk
budaya yang sakral. Tapi penolakan itu tidak membuat bapak Kosasih putus asa.
Ia mencoba mengomikkan Burisrawa
Gandrung, sebuah kisah wayang
yang dianggapnya tak berbelit-belit. Di luar dugaan, komik setebal 48 halaman
itu laku keras. Maka mulailah Kosasih mengembangkan ide komik dari kisah klasik
Mahabharata dan Ramayana, walaupun beliau sempat membuat komik silat
yang memiliki pengaruh Tionghoa. . Bapak Kosasih mulai berhenti menggambar karena mengalami tremor,
gangguan pada syaraf sehingga tubuhnya tak bisa lagi menggambar komik pada
tahun 1993. Sampai pada akhirnya bapak Kosasih wafat pada hari Selasa
(24/7/2012) pukul 01.00 WIB.
Daftar Pustaka
Ismail, Rachmadin. 2012. Detik
news.” 4
Karya Fenomenal Bapak Komik Indonesia RA Kosasih” http://news.detik.com/read/2012/07/24/123734/1973294/10/. Diakses
tanggal: 04 Mei 2014