Haloo
para Readerwan dan Readerwati >0<
Ketemu
lagi sama gue, gue tau kalian semua terpaksa baca blog gue, karena judulnya
menarik (kibas rambut) haha. Karena udah dibuka dan terlanjur baca jadi bagaimana
kalau diterusin aja (njebak).
Jadi
pagi tadi…eh bukan pagi sih, tepatnya jam 10 pagi tadi pas gue lagi bangun
tidur, dengan mata yang masih ngantuk. Ada chat L*ne bertaburan di hp gue. Gue
kirain cowok gue, eh ternyata temen gue yang ngajakin “bersenang-senang” karena
gue enggak ada kerjaan, akhirnya gue ngikut aja, itung-itung ngabisin duit (sok
kaya).
Kami
berencana bersenang-senang di tempat wisata junior bernama Kedung Kandang. Temen yang ngajak gue itu sebut
saja Bunga, dia mupeng pengen kesana karena liat di instagram orang (kalau
enggak salah denger lho ya). Jadi kita berempat sepakat untuk pergi kesana.
Rencana berangkatnya sih kayaknya pagi, tapi berhubung kita laper jadi mampir
dulu di sotoan deket Candi Sambisari. Enak euuyy…tempatnya asri, ditengah sawah
gitu. Anginnya semilir bikin ngantuk. Dan yang terpenting adalah murah,
harganya cuma 5000 per porsi. Pengen kesana lagi. Lhah…malah ngelantur.
Oke,
kembali ke topik. Jadi akhirnya kami berangkat ke tempat itu disiang bolong
sekitar jam satu siang. Destinasty kami adalah Curug Kedung Kandang terletak di desa Putat, Pathuk, Gunungkidul.
Jaraknya enggak jauh kok dari Gunung Api Purba. Jadi dari pertigaan Desa
Ngelanggeran, Reader lurus aja ke arah
Desa Putat. Sampai di Desa itu, ada pertigaan yang menikung nah Reader silahkan
belok kanan, pertigaannya agak kecil jadi hati-hati. Ada Banner kecil yang bergambar Curug Kedung Kandang kok disana. Setelah
masuk ke pertigaan itu disana Reader akan disuguhi jalan makadam khas pedesaan,
tapi tak dimakadam penuh, jadi kayak dimakadam ke dua sisinya kecilnya aja,
itupun tak semuanya. Tak jauh dari sana Reader akan sampai di tempat parkir Kedung
Kandang. Ingat…tempat parkirnya aja lho ya, belum sampek. Setelah parkir,
Reader akan ditarik uang untuk tiket masuk oleh mas-mas penjaga loket. Jangan
bayangkan loketnya punya ruangan sendiri ya Reader. Karena wisata ini masih
baru, loketnya pun apa adanya berupa meja kecil yang diatasnya ada tulisan
tiketnya. Anda akan diminta uang masuk yang cukup bersahabat. Yaitu Rp.5000
saja. Murah kan Reader? Nah setelah itu…perjuangan reader baru dimulai.
Dan
dari sinilah bencana bermula. Gue salah sandal. Gue pakek sandal jalan gue satu-satunya,
sandal wedges setinggi 5 cm. Gue enggak tau kalok untuk kesana butuh waktu
untuk berjalan agak jauh. Jadi ya sudahlah..sebenernya gue udah disuruh ganti
sama temen gue, tapi gue besi keukuh..karena gue pikir “Alah paling jalannya
enggak seberapa, kalaupun sebeapa nanti nih sandal gue cincing aja.” Ternyata
gue salah TOTAL. Jarak 20 meter gue masih
tenang, jalannya masih normal dan masih bisa gue atasi pakek sandal gue. Begitu
jalannya menurun, gue mulai kejenglok,
semacam kesandung gitu. Nah mulai saat itu gue lepas sandalnya. Akhirnya gue
nyeker dengan mencincing sandal ping gue. Jalannya mulai curam, walaupun ada
sawah membentang, tapi tetap dengan kondisi jalan turun dengan batuan terjal
disana sini. Mana kondisi siang hari, bisa dibayangkan bagaimana panasnya ya
Reader. dan setelah berbincang-bincang dengan temen gue. Gue baru tau kalok
perjalanan yang harus kita tempuh adalah 800 M.
800
M Itu bunyi plangnya di awal masuk. Gue berusaha tenang, karena pada dasarnya
sebenernya gue orang yang tahan jalan jauh. Jadi it's oke aja. Tapi ternyata
hari yang panas bikin jalanan yang curam dengan batu-batu tadi panas, (medannya
sedikit mirip dengan Gunung Api Purba, tapi enggak se-ekstrim itu kok Reader.
Cuma jalan berbatunya aja yang mirip). Nah otomatis kaki gue yang enggak
berbalut sandal tadi jadi kepanasan dong Reader. Gue sih enggak kepanasan
banget, soalnya menurut gue masih bisa ditahan dengan kaki gue. Jalannya cukup
susah untuk orang yang berfikir disana adalah destinasty wisata yang enggak
perlu berjuang terlebih dahulu. Naik turun, tapi kebanyakan turunnya, melewati
sawah-sawah dan bebatuan terjal gitu. Setelah sekitar 20 menitan perjalanan gue istirahat di pinggir kali untuk nungguin 2
temen gue. Disitu Gue baru tahu kalok telapak kaki gue ngelupas. Dan jempol gue
melepuh dengan air nanah di dalamnya. Gue kaget dong, secara gue merasa
baik-baik saja. Setelah tahu kalau luka, akhirnya sakit itupun perlahan terasa.
Lebih baik enggak tau kaki lecet deh pokoknya. Karena setelah itu,
sugesti-sugesti tidak enak yang jadi kenyataan mulai bermunculan. Seperti kaki
yang perih dan capek.
Walaupun
kondisi kaki gue enggak bersahabat. Gue diem aja lah..soalnya nanti jadi
merusak suasana. Kayak gigi yang lagi ngilu gitu haha. Akhirnya gue menahan
perih di kaki gue dengan masih mencicing sandal. Medannya juga tidak
memungkinkan dan kalok dipakein sendal malah bikin perih. Tidak lama dari
pinggir kali dengan jembatan bambu yang gue pakek istirahat tadi, sampailah
kita di Curug Kedung Kandang. Horeeeee…akhirnya kelar juga perjuangan gue.
Pas
nyampek ditempat Kedung Kandang itu. Gue sedikit ragu. “Ini ya, tempatnya? Apa
ada lagi?” Begitu pertanyaan gue. Soalnya gue baru liat sekilas fotonya. Dan
agak berbeda dengan fotonya. Kalau gue lihat fotonya dengan seksama dan melihat
aslinya, gue pasti agak kecewa. Tapi karena enggak ada bayangan sebelumnya jadi
gue ya biasa aja cuma mbatin “Oooh…begini”.
Jadi
tempat itu adalah semacam sungai gitu, tapi karena tempatnya turun, jadinya ada
beberapa air terjun kecilnya. Ada dua air terjun besar. Tempat pemberhentian
pertama gue adalah air terjun dengan tinggi sekitar 2,5 meter. Tenang..enggak
dalem kok. cuma semata kaki aja. Jadi kita bisa foto-foto di air terjunnya.
Main air juga…Sayangnya airnya pada saat gue kesana butek gitu. Nah diatasnya
ada air terjunnya lagi, tapi lebih tinggi dari pada sebelumnya yaitu setinggi
sekitar 5 meter disana kita juga foto-foto ngabisin berapa jepret. entahlah..haha.
Maklum namanya juga cewek..Ya…sebenernya 2 air terjun itu yang bisa dilihat dan untuk foto-foto jarak dekat juga keren. Kalau mau foto yang keren lagi.
Fotonya harus dari sawah-sawah atasnya,
sebelum sampai ke Kedung Kandangnya, soalnya kayaknya mas yang foto di
instagram itu juga gitu deh. dengan kamera yang bagus. DSLR gitu…Jadi fiewnya
memang lebih indah kalau dilihat dari atas, dari pada kita nyamperin langsung.
Tapi saya akui air terjunnya cukup cantik dan tidak membahayakan. Ini penampakan Kedung kandang yang biasanya ada di foto-foto.
Foto diatas itu kayaknya ngambil fotonya dari atas deh...dari sawah-sawah jadi hasilnya begitu bagus. Tapi kalok didekati dan kalok gue yang foto. Karena gue bukan orang fotografer dan gue jepret dengan kamera 2 MPnya Samsung Galaxi Young GT5360. Jadi hasilnya begini
Foto Curug besar yang gue ceritain tingginya sekitar 2, 5 m tadi.
Ada batu seperti ini disebelah curug 2,5 m tadi
Walaupun agak sedikit berbeda tapi tetep indah kan? Yap..enggak sia-sia kok pokoknya. Kalok untuk curug yang sekiar 5 meter ini, begini penampakannya, gue enggak punya fotonya (fotonya ada di temen gue) jadi ini gue nyolong dari blog tetangga. hehe
Setelah
menghabiskan waktu sekita 1,5 jam disana, kami memutuskan untuk pulang. Karena
perut udah minta diisi. Rute pulangnya
enggak usah balik ke tempat masuk tadi, soalnya lebih susah. Jadi terus aja
naik. Disamping Kedung kandang itu ada jalan setapak kecil. Jadi lewat situ
aja. sekitar 15 m dari sana ada warung kecil jualan minuman, jadi tenang aja kalau
ada yang dehidrasi dan butuh Aqua karena enggak konsen haha. Naiknya…karena
tadi masuk kesananya udah turun, sekarang gentian jadi naik. Naik dan itu
melelahkan. Rasanya hampir putus asa karena berasa gak nyampek-nyampek. Setelah
berjalan sekitar 1-1,5 Km akhirnya sampai juga diatas deket tempat parkir.
Huaaaaah…rasanya capek banget, mana celekit-celekit nih kaki. Pasti perjalanan
ini berhasil membakar banyak lemak-lemak gue. Dan disana kita baru tahu kalau
jalan ke tempat itu ada dua. Yaitu tempat ketika kita masuk yang jaraknya
katanya 800 m (tapi kayaknya lebih deh) dan jalan pulang kita yang jaraknya 150 m (ini
juga kayaknya lebih). Dan kami dengan bodohnya milih yang jauh T_T . Soalnya
yang deket tempat parkir motor pintu masuknya ya itu, dan kita pikir itu jalan
satu-satunya. Jadi gue saranin kalau masuk kesana, mending lewat yang jaraknya
150 m itu (disana plangnya emang bukan menuju Kedung Kandang, tapi menuju curug
apa gitu, tapi bisa kok dan lebih enak yang sana) Dan pulangnya enakan lewat
jalan yang sama. Tempat masuk yang 150 m itu, sekitar 5 meter sebelum parkiran
motor ya Reader.
Setelah
kelelahan dan tepar, akhirnya kita langsung cabut pulang karena udah sore juga
sekitar jam tengah empatan. Dan sepanjang perjalanan itu gue ngantuk dan lemes
banget, kayaknya karena kecapekan. Setelah itu kita isi tenaga di mie ayam
enak. Karena belum sholat..kita mampir Pom bensin untuk sholat dan pulang ke rumah
masing-masing. Begitulah perjalananku hari ini pada kamis 2 April 2015. Gue
cukup senang karena bisa kumpul-kumpul dan tahu tempat yang belum gue kunjungi.
Capeknya enggak seberapa walaupun sakit kakinya masih terasa. haha…
Ini
dia tips sebelum kamu ke kedung kandang, khususnya untuk cewek
1. Pakai
sunblok dulu sebelum disana, bisa kepanasan ciiint (maklum blog kecantikan
merangkap blog wisata merangkap blog curhat dan blog blog lainnya).
2. Bawa
minum, minimal satu botol air mineral tanggung.
3. Jangan
pakai wedgest kayak gue, itu BURUK sekali. Jalannya berbatu dan licin jadi
mending pakai sandal gunung dah.
4. Jangan
dandan rempong-rempong. Enggak ada gunanya soalnya baka luntur juga karena
keringetan.
5. Pakai
baju kaos, atau yang meresap kringet.
6. Pakai
celana yang nyaman, kalau bisa jangan jean’s supaya enak.
7. Bawa
baju ganti, siapa tahu mau mainan air disana.
8. Jangan
kesana kalau lagi hujan., rawan banjir.
9. Jangan
disana melebihi jam 17: 00 begitu peraturannya.
10.
Jangan perilaku terutama masalah kebersihan dan betindak sopan.
0 komentar:
Posting Komentar